“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku”
Fitrah manusia akan mendahulukan apa saja yang kita anggap penting. Misalnya saja menurut kita makan itu lebih penting dari pada tidur, maka kita akan mendahulukan makan dari pada tidur, sebaliknya jika tidur itu lebih penting dari pada makan, maka kita akan mendahulukan tidur dari pada makan. Yang menjadi pertanyaan, apakah kita merasa melakukan makan dan minum itu secara terpaksa? Apakah ada yang memaksa kita untuk melakukan hal tersebut? Apakah kita santai-santai saja saat menjalankan itu semua dan tanpa ada rasa tertekan? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing…
Begitulah manusia.. kalau sudah menganggap sesuatu itu penting, maka ia akan menganggap itu sebagai kebutuhan untuk dirinya. Apapun itu, baik suatu pekerjaan atau yang lainnya, jika hal itu merupakan hal yang penting bagi dirinya, tentunya ia akan segera mengerjakan hal tersebut dan tidak akan menduakannya. Nah.. sholat juga seperti itu, kalau seandainya kita menganggap sholat itu penting, maka kita akan mendahulukan amalan ini dari pada amalan yang lain. Jika terjadi benturan waktu dengan kegiatan atau hal lain, maka kita akan prioritaskan sholat. Karena sholat telah kita anggap penting, mesti dilakukan dan memang harus dikerjakan. Karena jika sholat sudah mendarah daging dengan kita dan menjadi suatu kebiasaan yang kita lakukan setiap harinya, Terlebih lagi bila kita sudah bisa menganggap sholat sebagai kebutuhan kita, seperti halnya makan, tidur, mandi, bekerja dan beristirahat, maka apabila ditinggalkan akan merasa ada yang kurang dari 24 jam waktu kita bahkan bisa saja kita merasa was-was.
Sekarang cobalah kita bertanya jujur pada diri kita sendiri, Sudah seberapa pentingkah sholat bagi kita? atau jangan-jangan banyak diantara kita yang meremehkan perihal tentang sholat, kemudian menjadikan sholat untuk alasan-alasan setiap aktivitas yang dikerjakannya dan menduakan yang namanya sholat? Jawabannya ada pada diri kita sendiri. Bagi sebagian besar diantara kita, sholat hanya berlaku sepekan sekali, yaitu ketika hari jum’at, itu pun tidak sedikit diantara kita yang melaksanakan Sholat Jum’at berjamaah dimasjid dengan kondisi seadanya, berkaos oblong baik memakai celana atau bersarung, dan membawa sajadah ditaruh diatas bahu atau dijinjing, berjalan santai seolah tidak ada dosa pada hal khatib sudah memulai khutbahnya, datang di akhir dan memilih tempat duduk paling ujung, kemudian ngobrol sendiri bersama jamaah lain yang telat, seolah-olah tidak mau kalah saing dengan khutbah dan nasihat-nasihat yang disampaikan khatib. Sholat Jum’at yang ditunaikan hanya sepekan sekali saja bisa terbuang sia-sia, bagaimana dengan sholat lima waktu kita?
Hidup akan menjadi kering tanpa siraman kasih sayang Ar-Rahman, jiwa-jiwa yang tandus akan mati karena tidak melaksanakan sholat lima waktu. Karena kita hanya sibuk dan sibuk dengan urusan dunia saja, pekerjaan yang selalu setiap menanti, kuliah yang menyita, tugas-tugas yang menggunung dan urusan pacar yang tidak pernah kelar. Akankan hidup seperti ini yang akan kita jalani?
Marilah sekarang kita koreksi diri kita masing-masing perihal mengenai sholat lima waktu ini, dari shubuh hingga isya, Sholat Shubuh diperpanjag waktunya hingga setengah tujuh pagi atau bahkan lebih siang dari itu, Sholat Dzuhur dilakukan diakhir waktu setelah sepulang sekolah atau ngampus, biasanya juga dipotong waktu istirahat sampai waktu mepet mau masuk Sholat Ashar, Sholat Ashar dibawa berlalu karena menyelesaikan ritual tidur siang dulu, Sholat Maghrib terkalahkan oleh dahsyatnya berbagai reality show dan sinetron yang menghibur, Sholat Isya terlewati begitu saja oleh pertandingan bola yang setiap jamnya selalu ada. Hingga akhirnya mata terpejam ditempat tidurlah yang menjawab semuanya, bahwa hari itu juga rutinitas sholat lima waktu kita lagi dan lagi tidak tepat waktunya.
*Rasulullah saw bersabda : “Ada lima sholat yang diwajibkan Allah bagi hamba-hamba-Nya. Barang siapa menerjakannya dengan tidak mengabaikan sedikit pun darinya karena meremehkan hak-haknya, maka baginya janji disisi Allah, yaitu Dia akan memasukannya ke surga.” (HR. Abu Dawud dan disahihkan oleh Al-Albani)
Apakah seperti ini kualitas sholat kita dimata Allah? Seorang remaja yang sangat hobi meninggalkan sholatnya, bisa memberikan beribu alasan untuk tidak mengerjakan sholat, tapi apakah itu semua bisa menggugurkan dosa yang kita perbuat dan kesalahan kita saat kita meninggalkan sholat? jadi, seberapa dalamkah kita menghayati setiap sholat yang kita kerjakan, apakah sholat kita hanya berakhir dengan sebuah kegiatan rutin tanpa makna? Berdiri dan membungkuk seperti burung pelatuk? Ataukah sholat kita sudah membuat kita semakin erat dengan Rabb yang menciptakan kita?
Sholat wajib yang kita kerjakan sehari 24 jam ini Hanya lima waktu.. itupun tidak akan menyita waktu kita, kalau dikerjakan dengan perlahan pun tidak akan menyita lebih dari lima menit hidup kita.
Sumber bacaan:
Burhan Sodiq. 2009. Shalat Ngebut Bisa Benjut. Surakarta: gazzamedia (dengan gubahan)
I Love Allah
Selasa, 05 Oktober 2010
Langganan:
Postingan (Atom)